Mengenai Vaksin Astrazeneca dan Pengaruhnya Bagi Tubuh

Mengenai Vaksin Astrazeneca dan Pengaruhnya Bagi Tubuh
Mengenai Vaksin Astrazeneca dan Pengaruhnya Bagi Tubuh

Saat ini program vaksinasi termasuk vaksin astrazeneca yang ada di Indonesia sudah berjalan sekitar 5 bulan dan sudah mencakup 22% dari target populasi sekitar 181,5 juta orang. Bahkan sudah dijadikan sebagai program vaksinasi dari Pemerintah. 

Baca juga : Pentingnya Cara Meningkatkan Daya Ingat dan Konsentrasi

Sementara itu, dalam waktu dekat, vaksin Sinopharm dari China akan digunakan sebagai skema vaksin gotong-royong. Informasi kali ini akan membahas terkait vaksin Astrazeneca dan Sinopharm yang saat ini sudah banyak digunakan.

Berikut Ini Mengenal Vaksin AstraZeneca

Berikut Ini Mengenal Vaksin AstraZeneca
Berikut Ini Mengenal Vaksin AstraZeneca

Masih banyak pertanyaan yang datang terkait keamanan vaksin AstraZeneca, salah satunya terkait karena adanya pemberitaan bahwa vaksin ini menyebabkan pembekuan darah. Sementara itu, juga bisa berakibat fatal yakni kematian.

  • Apakah Benar Menyebabkan Pembekuan Darah ?

Berdasarkan hasil evaluasi European Medicines Agency (EMEA), sejauh ini memang telah ditemukan ada hubungan kuat antara kejadian pembekuan darah dengan pemakaian vaksin Astrazeneca. Namun, kejadian tersebut sangatlah jarang. 

Bahkan, tahun lalu, di Eropa sudah ada laporan kejadian pembekuan darah akibat adanya vaksin ini sekitar 262 kasus, dengan 51 diantaranya meninggal. Selain itu, ada penggunaan sebanyak 30 juta dari dosis vaksin. .

Apabila Anda hitung, maka persentase kejadiannya sangat kecil. Hal inilah yang menyebabkan EMA, semacam BPOMnya dari Eropa, masih menilai bahwa jika memang vaksin astrazeneca bisa menyebabkan reaksi pembekuan darah. 

Maka manfaatnya masih lebih besar ketimbang risiko dari vaksinnya. Sehingga vaksin ini tetap boleh digunakan oleh Masyarakat.

  • Penyebab Pembekuan Darah

Seorang peneliti yang berasal dari Jerman, Greinacher, menganggap bahwa reaksi pembekuan darah yang jarang ini berhubungan dengan platform vaksinnya. Di mana ada viral vector yang menggunakan adenovirus. 

Memang tidak dapat dipastikan, namun penelitian sebelumnya sudah menggunakan platform adenovirus yang menghasilkan reaksi sama, yakni aktivasi platelet yang menyebabkan pembekuan darah. 

Bahkan, reaksi yang sama ini ternyata juga ditemukan pada pemakaian vaksin Johnson and Johnson. Dimana sudah menggunakan platform yang sama, yakni adenovirus. 

Pemakaian vaksin Johnson dan Johnson sempat pernah dihentikan di Amerika dan setelah itu dievaluasi agar bisa digunakan kembali. Diketahui memang ada reaksi imun yang berlebihan terhadap vaksin berasal dari adenovirus ini. 

Bahkan, ketika vaksin astrazeneca berikatan dengan platelet, akan memicu beberapa reaksi imun yang akan menyebabkan terjadinya pembekuan darah. Reaksi seperti ini sebetis dapat membaik sendiri, namun ada yang dapat berakibat fatal. 

Reaksi semacam ini hampir sama dengan reaksi yang sering dijumpai pada pasien sensitif terhadap heparin. Heparin ini merupakan suatu obat pengencer darah. Alih-alih bisa mengencerkan darah, malah akan menyebabkan terjadinya darah yang membeku. 

Reaksi inilah yang sering dikenal sebagai heparin induced thrombocytopenia and thrombosis (HITT or HIT type 2). Jadi analoginya merupakan reaksi syok anafilaksis yang diakibatkan pemberian antibiotik golongan penisilin, bahkan jarang terjadi, dan tidak selalu dapat diprediksi.

Gejala-gejala Terjadinya Pembekuan Darah 

Pembekuan darah yang sering terjadi akibat adanya vaksin AstraZeneca kebanyakan sering ditemukan pada pembuluh darah di daerah kepala. Hal ini dikenal sebagai cerebral venous sinus thrombosis (CVT). 

Gejala-gejala yang sering terjadi yaitu, sakit kepala yang hebat, terkadang disertai dengan gangguan penglihatan, muntah, mual, gangguan berbicara. Selain itu, dapat dijumpai nyeri dada, sesak nafas, pembengkakan pada kaki bahkan nyeri perut.

Selain itu, jarang sekali dijumpai lebam di bawah kulit. Apabila ada gejala seperti ini, maka segera saja mencari bantuan medis. 

Sementara itu, di Eropa reaksi umumnya terjadi dari 3 hingga 14 hari setelah vaksinasi. Hal yang perlu dipahami adalah sekian ribu yang menerima vaksin AstraZeneca di Indonesia, hanya 1 orang yang dilaporkan meninggal dengan dugaan tersebut.

Jadi hal ini menunjukkan bahwa ada reaksi individu subjek jika dibandingkan dengan kualitas vaksinnya. Tindakan men-suspend dari vaksin dengan nomor batch CDMA 457 termasuk upaya untuk dapat menginvestigasi dan memberikan jawaban secara transparan terhadap kasus ini. 

Sebenarnya, ada prosedur bila terjadi KIPI yang fatal untuk menginvestigasi kemungkinan faktor dari vaksinnya tersebut. Anda dapat menganalogikan ketika terjadi kecelakaan pesawat, tentu yang diinvestigasi yakni pesawat yang mengalami kecelakaan.

Namun, hal tersebut tidak harus dihentikan semua penerbangan jadi sementara banyak yang membutuhkan. Berdasarkan hasil investigasi BPOM telah menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca nomor batch CDMA 457 tidak ada masalah dengan kualitasnya.

Mulai dari keamanan, bahkan sampai bisa digunakan kembali. Dengan begitu, maka kejadian dari KIPI yang berakibat meninggal ini bukanlah karena adanya faktor vaksin. Namun, karena adanya faktor respon subjek secara individual terhadap vaksin.

Siapa saja yang Mengalami Risiko ?

Siapa saja yang Mengalami Risiko ?
Siapa saja yang Mengalami Risiko ?

Hal yang paling menarik dari kasus pembekuan darah yang terjadi pada pemakaian vaksin ini, sebagian besar terjadi rentang usia muda (di bawah 40 tahun). Bahkan, tepat di bawah 30 tahunan, dan kebanyakan merupakan wanita. 

Oleh karena itu, di Inggris, badan otoritas setempat telah merekomendasikan bagi yang berusia di bawah 40 tahun untuk bisa menggunakan vaksin selain AstraZeneca. 

Dengan begitu, bila sudah menggunakan vaksin ini pada suntikan pertama maka tidak akan mengalami masalah apapun. Bahkan, Anda disarankan untuk meneruskan suntikan kedua pada vaksin tersebut.

  • Bolehkah Menggunakan Vaksin AstraZeneca ?

Sebetulnya belum ada bukti bahwa orang yang memiliki Riwayat pembekuan darah (deep vein thrombosis, stroke, jantung iskemik) akan mengalami pembekuan darah akibat vaksin. 

Namun, yang lebih berisiko justru ketika mengalami heparin induced thrombocytopenia and thrombosis (HITT or HIT type 2). Oleh karena itu, Anda harus bisa lebih berhati-hati, sebaiknya yang memiliki riwayat pembekuan darah tidak menggunakan vaksin jenis ini. 

Sementara itu, ada vaksin sinopharm yang harus Anda ketahui jika tidak ada vaksin astrazeneca. Vaksin Sinopharm sendiri adalah salah satu vaksin buatan China dan sudah diujikan di beberapa negara. 

Vaksin Sinopharm sudah lama masuk ke dalam list WHO dan memperoleh EUA di China, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir dan Yordania bahkan di Indonesia. Vaksin ini telah menggunakan platform yang sama dengan vaksin Sinovac, yakni virus diinaktivasi. 

Berdasarkan uji klinik di Uni Emirat Arab menyatakan bahwa efikasi vaksin Sinopharm bisa mencapai 78%. Sementara itu, vaksin astrazeneca juga bisa digunakan pada populasi umur 18 tahun ke atas hingga lansia. 

Hal ini karena mempunyai platform yang sama dengan vaksin Sinovac. Bahkan, profil efek sampingnya juga sangat mirip, di mana frekuensi kejadian dari efek sampingnya sebesar 0,01 persen atau dikategorikan sangat jarang.

Efek samping yang ditemukan dalam uji klinik yakni efek samping lokal yang ringan. Misalnya saja nyeri atau kemerahan di tempat suntikan saja.

Bahkan efek samping sistemik berupa sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, diare bahkan batuk. Efek-efek samping ini akan segera membaik dan umumnya tidak membutuhkan pengobatan sekalipun.

  • Saran untuk Program Vaksinasi

Masyarakat sebenarnya tidak perlu khawatir dengan efek samping vaksin, baik vaksin AstraZeneca maupun Sinopharm. Jadi secara umum, dari hasil evaluasi terhadap uji klinik yang sudah melibatkan ribuan orang di berbagai macam negara.

Maka manfaat dari vaksin ini jauh melebihi risiko efek sampingnya. Bahkan, kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) secara umum memang bersifat ringan hingga sedang dan bersifat individual.

Sementara itu, adanya KIPI juga akan menunjukkan bahwa vaksinnya sedang bekerja. Namun, bila ada KIPI yang dirasa berat, maka segera saja dilaporkan kepada kontak yang telah diberikan untuk segera memperoleh penanganan. 

Selain bisa ditangani, KIPI sebenarnya juga akan dievaluasi oleh Komite KIPI mengenai hubungan kausalitasnya. Bahkan, hal ini bisa menjadi data yang berharga dalam program vaksinasi.

Selain itu, Anda juga dapat jaga jarak dengan orang lain, bahkan menghindari kerumunan dan rajin cuci tangan. Selain itu, Anda juga harus menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi serta beristirahat yang cukup.

Sebelum Anda melakukan vaksin astrazeneca COVID-19, maka pastikan sudah memenuhi kriteria sebagai penerima vaksin. Mulai dari ibu hamil dan ibu menyusui, wajib ber konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.

Hal ini dilakukan agar bisa memastikan apakah Anda dapat menerima vaksin COVID-19 atau tidak, sesuai keadaan kesehatan Anda. Jadi Anda tetap akan terjaga jika kondisi kesehatan memang baik.

Baca juga : Pentingnya Mengetahui Makanan Penurun Berat Badan Berikut

Oleh karena itu sebelum Anda melakukan Vaksin cek dulu suhu tubuh dan penyakit apa yang diderita agar tidak mengalami hal tidak terduga. Vaksin astrazeneca biasanya akan memberikan efek ketika Anda kurang sehat.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts